Apakah cinta
itu sangat penting dalam kehidupan seseorang..?? Bagiku cinta itu tidak begitu
penting. Mengapa...?? Karena cinta terkadang bisa membuat seseorang menderita. Memang
ada kalanya juga, cinta dapat membuat seseorang seperti melayang diudara. Aku
mempunyai adik perempuan yang umurnya tidak jauh berbeda denganku. Namanya
adalah Fanisha. Aku dan adikku berada dalam satu sekolah dan pastinya satu
rumah. Kami hanya berbeda satu tahun saja. Ku akui, dia memang lebih cantik
dariku. Tapi sikapnya itu, benar-benar dapat membuat seseorang jantungan. Dan
yang paling membuat aku kesal adalah dia selalu merebut pacarku.
Sahabatku
bernama Salfina. Dialah satu-satunya orang yang dapat mengerti akan perasaanku.
Disekolah, aku memang agak nakal. Tetapi adikku lebih nakal dariku. Pacarku
bernama Firman. Kami sudah lama jadian. Selama aku jadian dengannya, aku paling
takut untuk mengajak dia kerumah. Mengapa...??. Karena aku takut dia bertemu
dengan adikku. Adikku selalu menggoda. Aku takut pacarku tergoda olehnya.
Ketakutanku pun terjawab. Pada suatu saat secara tiba-tiba, Firman datang
kerumahku. Dan yang aku takutkan pun terjadi. Dia tergoda oleh adikku. Aku pun
mengalah demi adikku. Sekarang, firman berhubungan dengan Fanisha. Ternyata,
sedikit demi sedikit Fanisha merampas harta Firman dengan rayuan yang dia
punya. Aku hanya bisa berfikir. Mengapa Fanisha seperti ini..??. Mengapa dia
tidak pernah sadar..?.
Aku jadi
teringat ayahku. Ayahku meninggal karena tak kuat menghadapi sikap Fanisha yang
seperti itu. Fanisha telah membuat ayah jantungan. Kini aku hanya mempunyai ibu
yang tetap sabar menghadapi Fanisha dan juga aku.
Pagi pun tiba.
Aku dan Fanisha bersiap-siap untuk pergi kesekolah. Sedangkan ibu menyiapkan
sarapan pagi untuk kami berdua. Setelah sarapan, kami berdua pun berangkat.
Ketika sampai di sekolah, kami pun
berpisah karena kami berbeda kelas. Fanisha kelas 2 SMA, sedangkan aku kelas 3
SMA. Jadi, bisa dibilang persaingan antara aku dan Fanisha benar-benar dekat.
Bel berbunyi. Seluruh siswa pun masuk. Jam pertama adalah pelajaran agama
islam. Tak lama kemuadian guru mata pelajaran PAI yang bernama pak Arif pun
masuk. Kali ini, beliau menjelaskan tentang hukum antara wanita dan juga
laki=laki.
“Haram
hukumnya bagi laki-laki dan juga perempuan duduk berduaan. Karena orang yang
ketiganya adalah syetan. Syetan akan menggoda untuk melakukan sesuatu yang
diharamkan oleh Alloh. Kita harus mempunyai iman yang kuat untuk menahan segala
hawa nafsu. Sesungguhnya dalam islam itu tidak mengenal kata pacaran. Yang ada
hanyalah ta’aruf. Tapi ta’aruf pada zaman sekarang telah disalah artikan. Dan
juga pada zaman sekarang banyak sekali wanita-wanita yang tidak menutup
auratnya. Menutup aurat itu hukumnya adalah wajib. Laki-laki pun tidak akan
berbuat senonoh apabila wanita itu menjaga auratnya dengan baik.”
Tak terasa
satu jam berlalu. Aku pun merenungi apa yang disampaikan oleh pak Arif. Timbul
dari hatiku untuk memulai menutup aurat. Di tengah lamunanku, tiba-tiba Bapak Kepala
Sekolah memanggil semua siswa agar berkumpul di tengah lapangan. Tapi ada apa
ya? Akhirnya,kami semua pun berkumpul di tengah lapangan. Ketika sampai, aku
kaget bahwa di tengah-tengah kumpulnya
seluruh siswa ada adikku Fanisha dan teman laki-lakinya dalam keadaan yang
setengah tidak pakai baju.
‘’Astagfirullohhal
adzim Fanisha. Ada apa ini, Salfina?” tanyaku pada sahabatku
‘’Salfina juga
tidak tau. Mengapa adikmu bisa ada disana....?’’ Jawab Salfina
Lalu Pak Kepala Sekolah berkata.
‘’Inilah
contoh yang sangat tidak baik. Inilah murid yang merusak nama baik sekolah dan
juga mempermalukan keluarganya sendiri. Apa
kalian senang mempunyai teman, adik kelas, atau kakak kelas yang seperti
ini?,’’kata Pak Sekolah.
‘’Pak sebenarnya
ini ada apa, pak?.’’tanyaku sambil menahan malu karena aku adalah kakanya
‘’Dia telah
berbuat zina di kamar UKS. Apakah pantas seorang siswa dan siswi melakukan hal
seperti itu..?? Sungguh menjijikkan dan sangat memalukan. Hari ini juga kamu
berdua bapak keluarkan.” Ucap Bapak Kepala Sekolah sambil pergi meninggalkan
lapangan.
Betapa
sakitnya hatiku. Mengapa adikku seperti ini. Air mataku pun keluar secara perlahan
kemudian mengalir. Kurang pengertian apa dari ayah dan juga ibu..?. Bahkan aku
juga hampit tidak pernah diperhatikan oleh ayah dan juga ibu. Terkadang aku cemburu pada Fanisha.
Ketika
dirumah, ibu sangat marah sekali pada Fanisha. Fanisha langsung bersujud di
bawah kaki ibu untuk meminta maaf. Kini, dia telah sadar akan perbuatannya. Ibu
yang sangat kecewa sekali pada Fanisha merasa berat untuk memaafkan Fanisha.
Aku mencoba untuk menenangkab hati ibu dan berusaha membujuk ibu agar bisa
memaafkan Fanisha. Fanisha yang sangat merasa bersalah, terus menangis meminta
maaf sambil memegang kaki ibu. Suasana itu membuat hatiku sangat sedih.
Selama
beberapa hari, ibu tidak pernah mengajak bicara apalagi memperhatikan Fanisha.
Ibu menganggap Fanisha tidak ada dirumah. Tak lama kemudian, Fanisha jatuh
sakit. Sakitnya itu sangat aneh sekali. Ketika diperiksa di dokter, dia tidak
mengalami apa-apa. Meski Fanesha sedang sakit, ibu tetap saja tidak mau menemui
Fanisha. Aku berusaha membujuk ibu agar bisa memaafkan kesalahan Fanisha. Lama
kemudian hati ibu pun luluh dan ibu bersedia untuk melihat keadaan Fanisha.
Ibu langsung
menangis melihat keadaan Fanisha yang sangat menyedihkan. Fanisha mencoba
meminta maaf lagi kepada ibu dengan harapan ibu bisa memaafkannya. Ibu pun
bersedia untuk memaafkan Fanisha. Raut wajah Fanisha pun tersenyum merasakan
lega. Tak lama kemudian, Fanisha pun menghembuskan nafasnya yang terakhir.