Kebenaran
mengenai janji-janji Allah kepada Nabi Ibrahim merupakan hal yang sulit
dibuktikan. Bahkan apabila disimak akan ditemukan kejanggalannya dan terdapat
pertentangan antara ayat yang satu dengan yang lain. Perjanjian yang diberikan
kepada seorang nabi pasti selalu terwujud, dan apabila ada dua janji dari Allah
yang saling bertentangan, berarti janji tersebut bukan dari Allah.
Kalau
kirta renungi janji Allah kepada Nabi Ibrahim yang pertama hanya terbatas menguasai
tanah Kanaan.1) yaitu daerah yang terletak disebelah Barat Yordan.
Kita akan tersentak bila membaca janji Allah yang terakhir, yaitu tanah yang
dikuasai oleh Nabi Ibrahim dan keturunannya terbentang luas memanjang dari
sungai Nil samapai sungai Eufrat.2)
Inilah
sebagai bukti bahwa kalimat-kalimat wahyu itu sudah dikotori oleh tangan
manusia-manusia Israel untuk kepentingan tertentu, dari kupasa ini bisa ditarik
garis besar bahwa penulisan wahtu itu dilakukan setelah Israel keluar dari
negeri Mesir. Disamping itu wahyu tersebut tidak mungkin ditulis saat mereka
masih lemah dan dan belum mampu mendirikan negara sendiri.
Pada
wahyu tersebut diceritakan bahwa keturunan Ibrahim akan hidup dinegara lain
sebagai imigran dan mengalami penderitaan selama 400 tahun.3) setelah
itu mereka dapat mendirikan negara dan menaklukkan negara tetangganya.4)
Kalimat
“Menaklukkan negara tetangga” apabila
direnungkan, seolah ada permusuhan dan dendam kesumat yang bersarang di
hatinya. Pada masa Nabi Ibrahim, yaitu pada abad ke 20 SM., suku bangsa yang
tinggal di tanah Kanaan adalah bangsa Arab dan suku bangsa Kanaan sendiri.
Pada
kitab Kejadian telah dicantumkan
beberapa nama yang akan bertekuk lutut kepada Israel. Cerita itu juga diulangi
pada kitab Keluaran. Suku bangsa yang
menyerah kepada Israel yang tercantum pada Kitab Kejadian berbeda dengan yang disebutkan pada kitab kedua, yakni Keluaran.
Bangsa
yang akan tunduk kepada Israel itu memang namanya ada di saat Nabi Musa dan
Israel keluar dari Mesir. Peristiwa itu terjadi pada abad ke 18 SM., bukan pada
masa Ibrahim yaitu abad ke 20 SM.. jadi antara masa Nabi Musa dan Nabi Ibrahim
terpaut dua abad. Perbedaan waktu itu juga menunjukkan perbedaan kebudayaan dan
peradabannya. Sebab setiap waktu terjadi perubahan dan perkembangan di segala
bidang kehidupan.
Tanah yang dijanjikan oleh Allah
kepada Nabi Ibrahim di kala itu sudah padat penduduknya. Disamping itu Nabi
Ibrahim menginjak tanah Palestina bersama istri dan kemenakannya yang bernama
Lut. Mereka tidak memiliki keturunan yang besar didaerah tersebut. Sebab anak
beliau yang bernama Ismail diluar Palestina yaitu di Makkah. Cucu beliau yang
bernama Esau bin Ishak. Namun Yakub dan anak-anaknya pindah kenegeri Mesir.
Pada waktu itu mereka hanya berjumlah tujuh puluh orang. Jadi Palestina
merupakan daerah yang sama sekali tidak ditempati oleh keturunan Ibrahim.5)
Jadi
wahyu yang menjanjikan keturunan Nabi Ibrahim akan dapat menguasai bangsa lain,
ternyata tidak sesuai dengan kenyataan. Berarti kebenaran adanya wahyu yang diterima
oleh Nabi Ibrahim itu harus ditinjau kembali. Lalu timbul pertanyaan, “Apakah
betul Ibrahim menerima wahyu seperti itu, ataukah pendeta Yahudi yang
mengada-ada? Benarkah Allah menjanjikan tanah itu kepada Nabi Ibrahim?”
Didalam
Kitab Kejadian diceritakan bahwa keturunan Ibrahim akan mampu menaklukkan
bangsa lain dengan kekuatan yang mereka miliki. Ternyata mereka baru bisa
menundukkan bangsa lain setelah keluar dari Mesir, dan tidak pernah terjadi
(bisa menaklukkan bangsa lain) disaat Nabi Ibrahim, Nabi Ishak dan Nabi Yakub
masih hidup, lantaran jumlah mereka masih sedikit inilah letak kepalsuannya.
Didalam
Kitab Keluaran juga ada cerita bahwa suku bangsa lain harus dibinasakan. Dalam
berhubungan, bangsa Israel harus menggunakan cara tersendiri, yaitu rasa
permusuhan harus betul-betul ditanamkan dalam lubuh hatinya, hingga pada suatu
saat nanti bangsa lain harus tunduk dan mengikuti kehendak Israel. Menurut
keyakinan Israel, cara inilah yang diberkahi oleh Tuhan.6)
Di masa
Nabi Ibrahim, Nabi Ismail, Nabi Ishak dan Nabi Yakub tidak ada permusuhan
dengan bangsa lain. Hubungan mereka dengan orang lain terjalin baik. Begitu
pula keadaan generasi berikutnya. Kenyataan ini sebagai bukti argumen yang
tepat bahwa wahyu mengenai keunggulan Israel perlu dikoreksi lagi.
Hubungan
antara bani Israel dengan bangsa lain pada mulanya berjalan baik, tiada
hambatan yang merintanginya. Namun perangai para pemimpinnya mengalami
perubahan, dan sinar ajaran Yahudi yang asli semakin redup karena dilalaikan
oleh pengikutnya, bahkan terjadi keretakan hubungan di kalangan mereka sendiri.
Faktor yang menimbulkan masalah tersebut adalah nafsu angkara murka yang tidak
terkendali. Bani Israel merasa superior dan memandang suku bangsa lain sebagai
budak yang tidak layak hidup bahagia.7) Mereka merencanakan untuk
menaklukkan bangsa lain dengan kekuatan militer. Wahyu tersebut (yang
menerangkan bahwa mereka akan dapat menguasai bangsa lain) dijadikan sebagai
modal dasar untuk membangkitkan semangat perjuangan.
<= Bangsa Yahudi | no page => |
|