Penyakit yang tengah anda derita dan kepedihan yang
anda rasakan serta berbagai keletihan yang menggelisahkan itu
merupakan nikmat dan anugerah dari Allah Ta’ala sabagai karunia
dari Rabb Yang Maha Pemurah lagi Maha Suci bagi hamba-Nya yang fakir
dan membutuhkan.
Karena
penyakit atau cobaan itu merupakan kenikmatan, maka orang-orang saleh
terdahulu merasa gembira dengan penyakit atau cobaan yang menimpanya
seperti halnya kita merasa gembira dengan mendapat kesejahteraan.
Nabi Saw. menceritakan ujian yang diberikan kepada para nabi dan
orang saleh, yang berupa penyakit, kemiskinan, dan sebagainya, lalu
beliau bersabda,
“Adalah mereka itu bergembira karena mendapat coban sebagaimana kalian bergembira ketika mendapat kesejahteraan. (HR. Ibnu Majah).
Wahab bin Munabbih –rahimahullah-
berkata,
Jika orang-orang sebelum kalian ditimpa cobaan, mereka menganggapnya sebagai kesejahteraan. Jika ditimpa kesejahteraan, mereka menganggapnya sebagai cobaan.
Seorang
penyair berkata,
Batapa banyak kenikmatan yang tidak dapat diremehkan dengan disyukuri Demi Allah, dibalik sesuatu yang dibenci itu terdapat kebaikan.
Sufyan
Sauri -rahimahullah- berkata,
“tidaklah disebut ilmuwan orang yang tidak menganggap ujian sebagai
nikmat dan kesejahteraan sebagai ujian.”
Abu
Shalah berkata,
Segala
urusan itu terjadi menurut ketetapan Allah
Dibalik
aneka peristiwa terdapatperkara yang disukai dan dibenci
Mungkin
apa yang dahulu aku cemaskan, kini menggembirakan dan apa yang
dahulu aku dambakan, kini membawaku pada kejelekan.
Pada
kesempatan lain, Ibnu Taimiyah mengatakan, “Jika apa saja yang
menimpa manusia membuat gembira itulah nikmat yang sesungguhnya, tapi
jika membuat sedih, itu pun disebut nikmat karena bisa meghapus
kesalahannya serta membuahkan pahala karena kesabarannya dan karena
hal tersebut mengandung hikmah dan rahmat yang tidak diketahuinya.
Allah Ta’ala berfirman,
“boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu, Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (QS. Al-Baqarah, 2: 216).
Dalam
hadits disebutkan,
“Demi Allah, Allah tidak menentukan suatu ketetapan untuk seorang mukmin kecuali hal itu baik baginya. Jika ditimpa kelapangan, dia bersyukur, itu merupkan kebaikan baginya, tapi jika ditimpa kesempitan, lalu dia sabar, itu pun merupakan kebaikan baginya.” (HR. Muslim).
Di antara kasih sayang Allah kepada hamba-Nya adalah dia mengurangi dan menahan dunia dari manusia, agar mereka tidak cenderung dan gandrung kepada dunia, tetapi lebih menyukai kenikmatan abadi di sisi-Nya di dalam surga. Karena itu, dia mendorong mereka ke arah tersebut dengan memberinya ujian dan cobaan. Maka Allah menahan rizki mereka guna memberinya, mengujinya guna meraih kebaikan dan mematikannya guna menghidupkan.