Dalam surat
Maryam ayat 30-34 Allah Subhanahu wa Ta'ala menjelaskan bahwa Isa bin Maryam
adalah anak yang berbakti kepada ibunya.
"Artinya : Berkata Isa, "Sesungguhnya
aku ini hamba Allah, yang memberi Al-Kitab (Injil), Dia menjadikan aku seorang
nabi" [Maryam : 30]
"Artinya : Dan Dia menjadikan aku seorang
yang diberkahi dimana saja aku berada, dan Dia memerintahkan kepadaku untuk
(mendirikan) shalat, (menunaikan) zakat selama aku hidup" [Maryam : 31]
"Artinya : Dan Allah memerintahkan aku
berbakti kepada ibuku dan tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi
celaka" [Maryam : 32]
"Artinya : Dan kesejahteraan semoga
dilimpahkan kepadaku. Itulah Isa putra Maryam, mengatakan perkataan yang benar
dan mereka berbantahan tentang kebenarannya"
[Maryam : 33]
Kemudian Allah berfirman di dalam surat Ibrahim
ayat 40-41
"Artinya : Wahai Rabb-ku jadikanlah aku dan
anak cucuku, orang yang tetap mendirikan shalat, wahai Rabb-ku perkenankanah
do'aku" [Ibrahim :
40]
"Artinya : Wahai Rabb kami, berikanlah
ampunan untukku dan kedua orang tuaku. Dan sekalian orang-orang mukmin pada
hari terjadinya hisab" [Ibrahim : 41]
Lihat juga
dalam surat Asy-Syu'araa ayat 83-87.
"Artinya : (Ibrahim berdo'a), "Ya
Rabb-ku, berikanlah kepadaku hikmah dan masukanlah aku ke dalam golongan
orang-orang yang shalih" [Asy-Syu'araa : 83]
"Artinya : Dan jadikanlah aku tutur kata yang
baik bagi orang-orang (yang datang) kemudian" [Asy-Syu'araa : 84]
"Artinya : Dan jadikanlah aku termasuk
orang-orang yang mewarisi surga yang penuh kenikmatan" [Asy-Syu'araa : 85]
"Artinya : Dan ampunilah bapakku, karena
sesungguhnya ia adalah termasuk golongan orang-orang yang sesat" [Asy-Syua'araa : 86].
"Artinya: Dan janganlah Engkau hinakan aku
pada hari mereka dibangkitkan"
[Asy-Syua'raa : 87]
Demikian juga Nabi Nuh 'Alaiahi salam
mengatakan hal yang sama dalam surat Nuh. Kemudian Nabi Ismail 'Alaihis salam,
juga Nabi Yahya 'Alaihis Salam dalam surat Maryam ayat 12-15.
"Artinya : Ambillah Al-Kitab dengan
sungguh-sungguh, Kami berikan kepadanya hikmah, ketika masih kanak-kanak" [Maryam : 12].
"Artinya : Dan rasa belas kasihan yang
mendalam dari sisi Kami dan ia adalah orang-orang yang bersih dosa dan
orang-orang bertaqwa" [Maryam : 13].
"Artinya : Dan banyak berbakti kepada kedua
orang tuanya, bukanlah ia termasuk orang-orang yang sombong lagi durhaka" [Maryam : 14].
"Artinya : Kesejahteraan semoga atas dirinya,
pada hari ia dilahirkan, pada hari ia
diwafatkan dan pada hari ia
dibangkitkan" [Maryam
: 15]
Kemudian dalam An-Naml ayat 19 tentang Nabi
Sulaiman 'Alaihis salam.
"Artinya : Maka dia tersenyum dengan tertawa
karena (mendengar) perkataan semut itu. Dan dia berdo'a, "Ya Tuhanku,
berilah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau anugrahkan
kepadaku dan kepada kedua orang tuaku dan untuk mengerjakan amal shalih yang
Engkau ridlai dan masukanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan
hamba-hamba-Mu yang shalih" [An-Naml : 19]
Ayat-ayat di atas menunjukkan bahwa berbakti
kepada orang tua merupakan sifat yang menonjol bagi para nabi. Semua nabi
berbakti kepada kedua orang tua mereka. Dan ini menunjukkan bahwa berbakti
kepada orang tua adalah syariat yang umum. Setiap nabi dan rasul yang diutus
oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala ke muka bumi selain diperintahkan untuk menyeru
umatnya agar berbakti kepada Allah, metauhidkan Allah dan menjauhkan segala
macam perbuatan syirik juga diperintahkan untuk menyeru umatnya agar berbakti kepada
kedua orang tuanya.
Bila diperhatikan bahwa berbuat baik kepada kedua
orang tua seperti tercantum dalam surat An-Nisaa, surat Al-Isra dan surat-surat
yang lainnya menunjukkan bahwa berbakti kepada kedua orang tua adalah masalah
kedua setelah mentauhidkan Allah Subhanahu wa Ta'ala. Kalau selama ini yang
dikaji adalah masalah tauhid, masalah aqidah Ahlus Sunnah wal Jama'ah, aqidah
Salaf, untuk selanjutnya wajib pula bagi setiap muslim dan muslimah untuk
mengkaji masalah berbakti kepada kedua orang tua. Tidak boleh terjadi bagi
seorang yang bertauhid kepada Allah tetapi ia durhaka kepada kedua orang
tuanya, wal iyadzubillah nas alullaha salamah wal 'afiyah. Bagi seorang muslim
terutama bagi seorang thalibul 'ilm (penuntut ilmu), wajib baginya berbakti
kepada kedua orang tuanya.
Di
dalam ayat-ayat Al-Qur'an ketika disebutkan tentang bertauhid kepada Allah
selalu diiringi dengan berbakti kepada kedua orang tua. Para ulama telah
menjelaskan hikmah dari permasalahan ini, yaitu :
[1]
Allah Subhanahu waTa'ala yang menciptakan
dan Allah yang memberikan rizki, maka
Allah Subhanahu wa Ta'ala sajalah yan berhak untuk diibadahi. Sedangkan kedua
orang tua adalah sebab adanya anak, maka keduanya berhak untuk diperlakukan
dengan baik. Oleh karena itu kewajiban seorang anak untuk beribadah kepada
Allah Subhanahu wa Ta'ala harus diiringi dengan berbakti kepada kedua orang
tuanya.
[2] Allah
lah yang telah memberikan semua nikmat yang diperoleh hamba-hambaNya, maka
hanya Allah Subhanahu wa Ta'ala saja yang wajib di syukuri. Kemudian kedua
orang tua lah yang telah memberikan segala yang kita butuhkan seperti makan,
minum, pakaian dan yang lainnya sehingga wajib bagi kita untuk berterima kasih
kepada keduanya. Oleh karena itu kewajiban seorang anak atas nikmat yang diterimanya
adalah bersyukur kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala dan bersyukur kepada kedua
orang tuanya.
[3] Allah adalah Rabb manusia yang membina dan
mendidik manusia di atas manhaj-Nya, maka Allah lah yang berhak untuk
diagungkan dan dicintai. Demikian juga kedua orang tua yang telah mendidik kita
sejak kecil, maka kita harus bersikap tawadlu' (merendahkan diri), tauqiir
(menghormati), ta'addub (beradab) dan talattuf (berlaku lemah lembut) dengan
perkataan dan perbuatan kepada keduanya.
Inilah hikmah kenapa di dalam Al-Qur'an Allah
menyebutkan tentang berbakti kepada Allah kemudian diiringi dengan berbakti
kepada kedua orang tua. [Bahjatun Nazhirin Syarah Riyadush Shalihin I hal.391,
ta'lif Syaikh Salim bin 'Id Al-Hilaly]