“Aku pernah dibonceng Nabi Shallallahu 'alaihi wa
sallam diatas seekor keledai, lalu beliau bersabda kepadaku, "Hai Mua'dz,
tahukah kamu apa hak Allah yang wajib dipenuhi oleh para hambaNya dan apa hak
para hamba yang pasti dipenuhi Allah ?"
Aku menjawab, "Allah dan RasulNya yang lebih mengetahui". Beliaupun
bersabda ,
"Hak Allah yang wajib dipenuhi oleh para hambanya ialah supaya
mereka beribadah kepadaNya saja dan tidak berbuat syirik sedikitpun kepadaNya,
sedangkan hak para hamba yang pasti dipenuhi Allah adalah bahwa Allah tidak
akan menyiksa orang yang tidak berbuat syirik sedikitpun kepadaNya"
[Hadits Riwayat Bukhari dan Muslim]
Hak-hak Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam
yang harus dipenuhi oleh umat Islam adalah taat kepadanya, menjauhkan semua
larangannya dan beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala dengan mengikuti
(ittiba') yang dicontohkannya. Karena beliau diutus untuk ditaati dan
diteladani.
"Katakanlah : "Jika kamu (benar-benar)
mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu".
Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
[Ali Imran : 31]
" Sesungguhnya telah ada pada (diri)
Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap
(rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah" [Al-Ahzab : 21]
Islam juga sangat memperhatikan hak-hak orang tua
dan kerabat, sehingga kita ditekankan untuk mengamalkannya dengan baik terutama
hak-hak orang tua, karena mereka telah melahirkan, mengasuh, mendidik dan
membesarkan kita sehingga kita menjadi manusia yang berguna. Oleh karena itu
kita wajib berbakti kepada kedua orang tua degan cara mentaati, menghormati,
mencintai, menyayangi, membahagiakan serta mendo'akan keduanya ketika keduanya
masih hidup maupun sudah meninggal dunia.
Taat kepada kedua orang tua adalah hak orang tua
atas anak sesuai dengan perintah Allah dan RasulNya selama keduanya tidak
memerintahkan untuk melakukan hal-hal yang tidak sesuai dengan aturan dan
syari'at Allah dan RasulNya. Rasulullahn Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda."Artinya
: Tidak boleh taat kepada seseorang
dalam berbuat maksiat kepada Allah" [Hadits Riwayat Ahmad]
Sebaliknya, kita juga dilarang durhaka kepada
kedua orang tua karena hal itu termasuk dosa besar yang paling besar. Dalam
satu riwayat disebutkan bahwa seseorang tidak masuk surga bila durhaka kepada
kedua orang tuanya.
"Artinya : Tidak masuk surga orang yang suka
mengungkit-ungkit kebaikan (menyebut-nyebut kebaikan yang sudah diberikan),
anak yang durhaka dan pecandu khamr"
[Hadits Riwayat Nasa'i adri Abdullah bin Amr pada
Shahih Jami'us Shaghir No. 7676]
Akhirnya, penulis memohon kepada
Allah Yang Maha Mulia dan Maha Kuasa semoga tulisan ini bermanfaat untuk
penulis sendiri dan kaum muslimin, menjadi amal shalih bagi penulis dan kedua
orang tua penulis serta menjadi amal yang ikhlas karena Allah Rabbul 'alamin
semata.Alhamdulillahirabbil ‘alamin .
Pendahuluan
Birrul
Walidian (berbakti kepada kedua orang tua) adalah salah satu masalah yang
penting dalam Islam. Di dalam Al-Qur'an, setelah memerintahkan kepada manusia
untuk bertahuid kepada-Nya, Allah Subhanahu wa Ta'ala memerintahkan untuk berbakti
kepada kedua orang tuanya.
Dalam surat Al-Isra ayat 23-24, Allah berfirman.
"Artinya : Dan Rabb-mu telah memerintahkan kepada
manusia janganlah ia beribadah melainkan hanya kepadaNya dan hendaklah berbuat
baik kepada kedua orang tua dengan sebaik-baiknya. Dan jika salah satu dari
keduanya atau kedua-duanya telah berusia lanjut disisimu maka janganlah katakan
kepada keduanya 'ah' dan janganlah kamu membentak keduanya"
[Al-Isra :
23]
"Artinya : Dan katakanlah kepada keduanya
perkataan yang mulia dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh
kasih sayang. Dan katakanlah, "Wahai Rabb-ku sayangilah keduanya sebagaimana
keduanya menyayangiku di waktu kecil"
[Al-Isra : 24]
Al-Hafidz Ibnu Katsir telah menerangkan ayat
tersebut sebagai berikut : "Allah Ta'ala telah mewajibkan kepada semua
manusia untuk beribadah hanya kepada Allah saja, tidak menyekutukan dengan yang
lain. " Qadla" disini bermakna perintah sebagaimana yang dikatakan
Imam Mujahid, wa qadla yakni washa (Allah berwasiat). Kemudian dilanjutkan
dengan "Wabil waalidaini ihsana" hendaklah berbuat baik kepada kedua
orang tua dengan sebaik-baiknya.
Ayat ini mempunyai makna yang sama dengan surat
Luqman ayat 14.
"Artinya: ...hendaklah kalian bersyukur
kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu dan kepada-Ku lah kaliankembali"Dan
jika salah satu dari keduanya atau keduanya berada disisimu dalam keadaan
lanjut usia, "fa laa
taqul lahuma uffin" maka janganlah berkata kepada keduanya 'ah' ('cis'
atau yang lainnya). Jangan memperdengarkan kepada keduanya perkataan yang
buruk. "Wa laa tanharhuma" dan janganlah kalian membenci
keduanya. Ada juga yang mengatakan bahwa "Wa laa tanhar huma ( la
tanfudz yadaka alaihima)"
maksudnya adalah
janganlah kalian mengibaskan tangan kepada keduanya.
Ketika Allah Subhanahu wa Ta'ala melarang
perkataan dan perbuatan yang buruk, Allah Subhanahu wa Ta'ala juga
memerintahkan untuk berbuat dan berkata yang baik. Seperti dalam firman Allah
Subhanahu wa Ta'ala ;
"wa qul lahuma qaulan karima"
(dan katakanlah kepada keduanya perkataan yang
mulia)
yaitu perkataan yang
lembut dan baik dengan penuh adab dan rasa hormat.
Dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan
kasih sayang, hendaklah kalian bertawadlu' kepada keduanya. Dan hendaklah
kalian berdo'a,
"Ya Allah sayangilah keduanya sebagaimana
keduanya menyayangi dan mendidiku di waktu kecil", pada waktu mereka
berada di usia lanjut hingga keduanya wafat. [Tafsir Ibnu Katsir Juz III hal 39-40, Cet.I Maktabah Daarus Salam Riyadh,
Th.1413H]
Perintah Birrul Walidain juga tercantum dalam
surat An-Nisa ayat 36, Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman.
"Artinya : Dan sembahlah Allah dan janganlah
menyekutukanNya dengan sesuatu, dan berbuat baiklah kepada kedua ibu bapak,
kepada kaum kerabat kepada anak-anak yatim kepada orang-orang miskin, kepada
tetangga yang dekat, tetangga yang jauh, teman sejawat, ibnu sabil dan hamba
sahaya, sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan
membanggakan dirinya" [An-Nisa : 36]
Para ulama terdahulu telah membahas masalah Birrul
Walidain (berbakti kepada kedua orang tua) ini dalam kitab-kitab mereka. Sepeti
dalam kitab Shahih Bukhari, Shahih Muslim dan kitab-kitab hadits besar
(Ummahatul Kutub) lainnya dalam pembahasan tentang berbakti kepada kedua orang
tua dan ancaman terhadap orang-orang yang durhaka kepada kedua orang tua.