Ads 720 x 90

Gaya Bahasa Nabi SAW yang MEMUKAU

Kepribadian Nabi Muhammad Saw., Yang Penuh Kefasihan

Kesempurnaan Rasulullah Saw., sebagai insan kamil meliputi seruhnya. Yakni kesempurnaan jiwa dan raga. Karena Al Qur’an hendak diturunkan melalui beliau, maka Allah telah mempersiapkan beliau dengan kefasihan lidah dalam berbicara yang tiada seorangpun dapat menandinginya.

Semua riwayat sepakat bahwa Rasulullah Saw., adalah orang yang paling fasih dalam bicaranya, jelas dan mantap. Bila beliau menguraikan kata-kata tidak bertele-tele. Susunan kata-katanya selalu padat dan berisi. Disamping itu, mutiara hikmah selalu menghiasi ucapan beliau, ditambah lagi dengan tamsil-tamsil dan ibarat serta ucapan kata yang selaltu tepat, serta dalil-dalil yang meyakinkan.

Ali bin Abi Tahlib ra adalah menantu beliau yang sangat ahli tentang sastra Arab. Ia pernah berkata :
“Aku tidak pernah mendengar perkataan yang ganjiil dan langka dari bahasa Arab, melainkan telah aku dengar terlebih dahulu dari Rasulullah Saw..”

Karena kefasihan lidahnya dalam berbicara, tidak pernah Rasulullah Saw., mengalami kekalahan dalam berdiskusi. Keccuali memang beliau mengalah karena suatu alasan. Musuh-musuh Islam pun banyak yang terkesan mendengarkan Rasulullah Saw., berbicara. Memang benar, kefasihan lidah Rasulullah Saw., dalam berbicara telah diakui oleh banyak orang, terutama oleh kawan maupun lawan-lawannya.

Apabila Rasulullah Saw., sedang berbicara dihadapan sahabat-sahabatnya, mereka sepertinya terpukau dengan lidah Rasulullah Saw., sehingga salah seorang dari mereka ada yang memberanikan dirii untuk bertanya, untuk menuntaskan keherannya. Dalam sebuah hadist yang diriwayatkan oleh Dailami, salah seorang shahabbat ada yang bertanya :
“Kami tidak pernah melihar orang yang sefasih engkau Ya Rasulullah”

Beliau Menjawab :
“Karena Allah telah menjauhkan aku dari kekhilafan dan memilihkan untukku firman-Nya, yaitu Al Qur’an”

Tanah Arab adalah gudangnya para sastrawan. Banyak sastrawan dan penyair-penyair hebat pada zaman Rasulullah hidup. Salah seorang sastrawan terkenal yang sangat mengerti tenttang sastra, mengakui akan kehebatan Rasulullah Saw., dalam soal kefasihan lisa. Ia menggambarkan kefasihan ucapan beliau sebagai berikut :
“Allah SWT., telah meletakkan rasa cinta pada tutur katanya yang langsung dapat diterima oleh lubuh hati setiap orang. Karena itu setiap orang yang mendengarkkannya terasa nyaman dan sejuk dihati hingga pembicaraan beliau tidak perlu diulang-ulang. Tidak ada satu kalimatpun yang tergelincir, serta tidak pernah kekurangan hujjah dalam menghadapi lawan bicaranya. Tidak ada ucapan yang benar, yang bermanfaat dan berkesan yang melebihi ucapan Rasulullah Saw..”

Disebutkan dalam kitab “Maulidud Diba’iy” :
Apabila Rasulullah Saw., tersenyum, maka senyumnya itu bagaikan butiran air embun. Bila berbicara maka bagaikan mutiara yang gugur dari isi pembicaraannya. Jika beliau bercakap-cakap maka bagaikan minyak misik yang keluar dari mulutnya.

Ketika Abbas ra bertanya kepada Rasulullah Saw :
“Apa sebenarnya yang bisa menjadikan keindahan pada seseorang?”

Beliau menjawab singkat :
“Keindahan lidahnya !”

Dalam hadist lain beliau bersabda :
“Semoga Allah memberi rahmat kepada orang yang selalu memperbaiki cara berbicaranya!”

Oleh sebab itu, beliau gemar akan susunan bahasa yang baik dan tidak senang kepada penggunaan kata atau bahasa yang keliru dan salah.

Yang mengagumi gaya Rasulullah Saw., dalam berbicara, bukan saja orang lain. Istri-istri beliaupun sangat menyukai untuk mendengarkan apa yang beliau bicarakan, karena kefasihan lidah beliau. Aisyah ra sendiri pernah mengatakan :
“Cara bicara Rasulullah Saw., tidak cepat seperti kalian, namun perlahan-lahan jelas dan tegas, dapat diingat dan dihafal oleh para shahabat karena kejelasan ucapanya itu !”.

Dalam riwayat lain dikatakan :
“Sehingga setiap ucapan beliau bisa dihitung!”

Diriwayatkan dari Anas ra :
“Ketika Rasulullah Saw., berbicara dengan satu kalimat, maka kalimat itu diulanginya sampai tiga kali sehingga bisa difahami. Tatkala beliau mendatangi suatu kaum, maka beliau memberi salam pada mereka sampai tiga kali!.

Rasulullah Saw., selalu berbicara dengan setiap orang menurut kadar kemampuan daya serap mereka. Sedangkan kepada orang yang logat bahasanya berbeda, beliau melayani pembicaraan dengan versi mereka, sehingga setiap orang tidak pernah merasa kesulitan berhubungan dengan beliau.

Bagi siapa saja yang selalu mengikuti perkembangan sejarah kehidupan beliau, tentu akan mengetahui bahwa gaya bicara beliau dengan suku Quraisy, dengan golongan Anshor dengan penduduk Najed selalu berlainan, termasuk ketika beliau berbicara dengan kepala-kepala Suku dari Hadramaut atau Yaman. Ini terbukti dengan surat-surat beliau yang penuh dengan kalimat-kalimat langka, serta tidak lazim dalam percakapan sehari-hari.

Adapun tingkah laku dan ucapan beliau sehari-hari telah terekam oleh sebagian shahabat menjadi sebut hadits shahih yang sampai sekarang menjadi pedoman umat Islam di seluruh dunia. Demikiian pula dengan pepatah dan mutiara-mutiara hikmahnya telah terhimpun lengkan dalam kitab-kitab hadits berserta makna dan penjelasannya.

Rasulullah Saw., pernah bersabda :
“Aku ini adalah Muhammad, Nabi yang Ummi (perkataan ini diucapkan sampai tiga kali). Tiada Nabi lagi sesudahku. Aku diberi kelebihan bahwa pembicaraanku singkat tapi padat”

Umar lantas bertanya kepada beliau :
“Ya Rasulullah, mengapa engkau menjadi yang lebih fasih diantara kita, padahal engkau selalu berada di tengah-tengah kita ?”

Beliau menjawab :
“Dahulunya bahasa golongan Ismail hampir punah, kemudian datanglah Jibril membanya kepadaku, akhirnya akulah yang menjaga dan melindunginya”

At-Tirmidzi meriwayatkan :
Ketika beliau berbicara maka tampak kedua gigi depannya, bicaranya bagaikan cahaya yang keluar diantara gigi-gigi depannya.

Abu Daud ra meriwayatkan dari Aisyah ra, ia berkata :
“Perkataan Rasulullah Saw., adalah perkatan yang terputus-putus (tidak nyerocos), seingga setiap orang yang mendengarkan bisa faham”

Abu Daud meriwayatkan dari Jabir ra, ia berkata :
Rasulullah Saw., dalam setiap berbicaranya itu tartil atau pelan-pelan.

Diriwayatkan dari Hudzaifah ra, ia berkata :
‘Pada suatu malam aku melakukan shalat bersama Nabi Saw.. Beliau membaca surat Al Baqarah, diteruskan surat An-Nisa’, lalu disambung dengan surat Ali Imran, semuanya dibaca dengan tartil, jelas dan perlahan. Apabila beliau menemui ayat yang mengandung Tasbih, maka beliau bertasbih, bila melewati ayat yang mengandung permohonan, beliau memohon, dan bila melewati ayat yang mengandung perlindungan (Ta’awudz), maka beliau pun memohon perliindungan”.

Anas ra pernah ditanya tentang qiraat (bacaan) Rasullullah Saw.. Ia menjawab :
“Qiraat beliau itu panjang. Ketika beliau membaca Bismillahirrahmaanir rahim, dengan memanjangkan lafadz Allah, memanjangkan lafadz Rahma juga memanjang lafadz Rahim.”

Oleh karena itu, banyak para shahabat yang mendengarkan nasehat Rasulullah Saw., itu sampai meneteskan air mata. Tutur bahasa beliau yang halus dan pelan mampu menyentuh perasaan mereka. Inilah diantara kelebihan beliau dapat bicara dengan fasih dan jelas, sehingga setiap orang yang mendengarkan pembicaraan beliau itu sering terkesima.

http://j.gs/7wGH

http://q.gs/ACOF6


Hasilkan konten-konten terbaikmu dan berkualitas dengan kegiatan-kegiatan di luar anda. Raih hadiah atau imbalan yang dibayar dengan uang Di App WhatsAround.

Unduh WhatsAround!!!

Related Posts

Subscribe Our Newsletter
iklan

Suka Pakai Kaos?

Ingin tampil Casual tapi tetep Religius? Solusinya ini Kaos Dakwah Islami dengan ratusan desain bertema islami yang tentunya sangat nyaman kamu pakai.

Cocok buat hadiah atau baju lebaran nanti.

Kunjungi Situsnya Sekarang