Dimana
dan kapan saja bangsa Yahudi berada, pasti selalu bertikai dengan bangsa lain.
Saling bermusuhan dengan penduduk bumi adalah merupakan gaya hidupnya. Oleh
karena itu bangsa lainpun menanamkan benih kebencian terhadap mereka. Permusuhan
ini tak pernah kunjung pada, bahkan sering terulang kembali kasus pertumpahan
darah, baik yang dilakukan secara individu maupun antar negara. Pembantaian
terhadap orang-orang yang tidak berdosa merupakan salah satu model kebengisan
mereka. Setelah membantai, kesalahannya dilempar pada sang korban. Mereka
sering memakai alasan atau berdalih “Demi pembalasan dan menjaga keamanan
negara Israel”.
Yang menarik perhatian adalah
keturunan bangsa Israel selain Yahudi yang masih memiliki tenggang rasa dan
dihormati oleh penduduk bumi. Kenyataan ini sebagai lambang bahwa dunia
membenci permusuhan. Tampaknya yang dimusuhi oleh penduduk bumi adalah
orang-orang Yahudi. Bahkan citra Yahudi sudah tercabik-cabik dalam opini
internasional.
Informasi : Yahudi
berasal dari nama Yehuda, salah satu anak Yakub (Bibel Kejadian 29:35). Daerah
yang di diami oleh Keturunan Yehuda ini juga disebut Yehuda, yang terbentang
dari Geba sampai Bersyeba (Bibel 2 raja-raja 32:8). Dalam Perjanjian Baru
daerah ini disebutkan “Yudea” menurut nama Yunaninya.
Ungkapan yang sudah dibentangkan
di atas cukup sebagai alasan mendasar untuk meneropong perilaku mereka, bahkan
bisa dijadikan untuk menyoroti kelompok terkutuk itu. Masa berganti masa,
perkembangan di segala aspek kehidupan tentu melaju. Hubungan antar bangsa
semakin mudah dicapai. Dalam merentangkan hubungan persahabatan antar bangsa
dibutuhkan cara, bahasa dan etika serta nilai-nilai kemanusiaan. Oleh karena
itu diskriminasi merupakan suatu keconkakan yang amat tercela dan menjadi biang
perpecahan dan permusuhan. Namun mau apa dikata bila diskriminasi terlaknat itu
masih merasuki sepak terjang Yahudi. Bangsa-bangsa lain dianggap sebagai
penghuni beratap langit dan mangsa yang tidak berhak hidup bahagia. Pandangan
semacam itu mempunyai refleksi timbal balik. Bangsa-bangsa lain juga selalu
melihat bahsa Yahudi sebangai pengungsi, tidak bernegara, dan berharap negara
mereka tidak pernah disentuk oleh telapak kaki Yahudi.
Para ahli biografi bangsa-bangsa
telah melacak sejarah Bani Israel, untuk membuktikan masih adanya keturunan
Bani Israel. Menurut para sejarawan tersebut, memang kelompok Bani Israel masih
ada di bumi, tetapi keturunan aslinya sudah langka.
Keturunan Bani Israel ini memang
sudah lama menjadi topik pembicaraan yang hangat. Dan memang sulit dijangkau,
lantaran silsilahnya sudah hangus ditelah sejarah. Walaupun demikian, jati diri
Bani Israel masih mengalir dalam darah orang-orang Yahudi sekarang ini. Kalau
kita berpijak pada latar belakangnya, memang orang Yahudi selalu memutar balik
lembaran Kitab suci Israel. Doktrin yang tercantum di dalamnya diwujudkan
secara nyata dalam kehidupannya. Lambat laun citra kahidupan mereka akan
seirama dengan Bani Israel yang dulu, terutamam dalam melampiaskan dendam
kesumat dan mempertahankan diri dari campur tangan bangsa lain.
Untuk mewujudkan
doktrin Israel tersebut, Islam dijadikan sebagai sasaran utama. Akibatnya umat
Islam mengalami penderitaan yang amat memilukan, karena perangai jahat mereka
yang agresif, serakah, pengkhianat dan pandai memasang jerat tipu daya.
Tumpukan mala petakan dan derita yang dialami kaum muslimin yang hidup
berdampingan dengan Israel, bukan hanya bersumber dari bangsa Yahudi saja,
tetapi imperialisme Barat dan Timur juga memiliki andil yang besar. Sebab mereka
mengharapkan kaum muslimin berpecah belah, tidak sanggup menampakkan citra
Islam, mengemis sambil bersimpuh didepan telapak kaki imperialis. Sehingga
kekayaan negara yang didiami oleh orang-orang Islam dapat dikeruk habis oleh
mereka. Kaum muslimin hendaknya memahami betul-betul siapa musuh sebenarnya
yang harus diwaspadai, dan mengerti apa yang menjadi dasar sepak terjang
mereka.
|
<= no page | Pertentangan 2 janji => |